2

contoh cerpen 'waiting for yesterday'


Waiting For Yesterday

           

            Pernakah kau sakit karena cinta?, cintaku layaknya bubur yang tak bisa menjadi beras kembali. Jika kau punya cinta, jangan tinggalkan cinta yang sudah kau jaga, karena aku sudah merasakan perih karenanya.
            Dulu aku tinggal disebuah desa yang bernama desa Grander, didesa ini aku mempunyai sahabat bernama Junno. Aku sangat dekat dengannya, saat aku sedih ia selalu hadir membawa sejuta senyum, dan kata-kata pembangkit semangat hatiku. Sebuah pohon beringin tua menjadi saksi cinta pertamaku. Kami memiliki cita-cita yang berhubungan. Junno bercita-cita membuat sekolah militer, dan sekolah umum, sedangkan aku bercita-cita menjadi seorang guru yang akan mengajar disekolah yang akan ia buat. Dua buah botol yang kami masukan secarik kertas didalamnya, kami letakkan didalam pohon itu yang berlubang, dan berjanji ketika aku kembali kami akan membukanya.
            Saat aku berumur 20 tahun, aku harus berpisah dengan Junno, aku berjanji akan kekota untuk sekolah keperguruan tinggi dengan jangka waktu tiga tahun, dan setelah aku resmi menjadi guru, aku akan kembali kedesa itu. Keluaragaku ikut pindah kekota, aku sangat semangat untuk belajar karena cita-citaku adalah menjadi Guru bahasa Afrika. Surat yang dikirimkan oleh Junno selalu kubalas, aku selalu menantikan balasan surat darinya.
            Tiga tahun kulewati dengan penuh rasa bahagia, namun aku tak sesemangat tahun lalu, karena aku belum mendapatkan balasan surat dari Junno. Saat hari kelulusan aku sedikit kurang bersemangat. Orangtuaku memberi semangat, namun bagiku semangat dari Junno adalah semangat yang paling ampuh membuat hatiku selalu tegar. Hari-hari yang kutunggu akhirnya tiba, dimana saat aku akan bertemu Junno didesa Grander. Namun disayangkan aku tertinggal kereta, dan terpaksa menunggak 4 hari.
            Seorang pak pos memberi senyum lebar padaku, tanganku gemetar mendapat surat. Apakah itu dari Junno?, sayangnya tidak itu surat dari Tn. Folner, ia menawariku pekerjaan mengajar disekolah Afrika, karena mereka banyak buta huruf. Aku anak tunggal dan aku wajib membanggakan Orangtuaku, anak-anak diAfrika juga harus kubantu dan kupikir Junno tak peduli lagi padaku. Akhirnya aku menerima tawaran Tn. Folner. Aku sekeluarga pindah keAfrika, aku mendapat rumah dan sepedah. Dua tahun setengah aku mengajar disana. Orangtuaku terlanjur betah, jadi hanya aku yang akan kembali kedesa Grander. Dan kali ini aku tak tertinggal kereta.
            Satu koper besar kudorong dengan perlahan, kereta kuda menghampirku, dan akupun menaikinya. Ketika sampai didesa aku sangat terkejut, desa yang kucintai sudah hangus terbakar, aku hanya terdiam sejenak. Dibenakku wajah Junno masih menghantuiku. “Dimana dia?”, hatiku terus bertanya-tanya. Seorang pria tua menggunakan tongkat, tangan kirinya hangus, dia membuka pintu perlahan aku mencoba mendekatinya, namun ia malah menutup  pintu rumahnya yang setengah hangus itu.
            “Pergi!” teriaknya kasar.
            “Aku bukan orang jahat”
            “Kau pasti yang menyuruh perompak membakar desa inikan!”
            “Tidak, aku mencari Junno, dimana dia? Katakan!” kataku sambil menangis.
            Dia membuka pintunya yang reot dengan perlahan, ia menundukkan kepalanya. Aku menghapus air mataku.
            “Maaf Nyonya apa anda tadi bilang Tuan Junno?”
            Aku menganguk, masih ada harapan aku bertemu dengannya. Namun harapanku luluhlantak. Ketika tahu kabar bahwa Junno sudah tiada. Aku berlari sambil menghapus air mataku. Koperku kutinggalkan begitu saja, tak peduli apa yang akan terjadi nanti.
            Sekolah yang megah dindingnya menghitam dan sebuah plang nama sekolah yang sudah lepas. Langkahku berhenti disebuah rumah, dimana rumah itu adalah rumah Junno. Aku terduduk ditanah yang hitam legam itu, air mataku mengalir begitu deras, deras sehingga bibirku dapat menyentuhnya. Aku berdiri dengan sedikit tenagaku.
            Aku berjalan mengintari rumah Junno, dinding yang dulu bewarna putih kini sudah hitam legam. Aku mengintari taman dan berhenti disebuah ayunan, masa laluku terukir diayunan yang sudah hangus. Dan senyumku sedikit terlihat melihat bunga yang aku tanam bersamanya, kini tumbuh berseri layaknya cinta yang aku jaga, namun aku  sendiri yang merusaknya. Andai aku tak menerima tawaran mengajar di Afrika mungkin aku sudah bersamanya.
            Aku petik bunga itu perlahan, aku merasakan bunga itu tampak segar, tak seperti keadaan yang sudah dialaminya. Aku berjalan membawa bunga itu mengintari tempat bermainku. Pohon bringin itu masih kokoh dan tak terkena kobaran api. Dan aku teringat botol pesan, aku mengorek dalam pohon itu namun aku malah menemukan 3 botol bukan 2 botol. Aku mengeluarkan pesan yang kelihatannya belum tua, namun pesan itu semakin membuatku hancur.

15 Febuari 1902

        Ay, mengapa tak membalas suratku, maaf aku menunggak beberapa bulan tak mengirim surat padamu, karena aku sedang sakit, namun tahukah kau, suratmu bagiku adalah penyemangat, kutunggu janjimu, namun mengapa kau tak datang ?
        Kabar angin, desa ini akan didatangi  Perompak. Aku akan berusaha melindungi desa ini, walau umurku tak akan panjang, aku hanya menunggu waktu aku akan dicabut nyawa. Aku bersyukur kau tak hadir saat ini, karena aku tak jamin akan melindungimu selamanya. Maaf aku telah membaca suratmu.
        Aku tak tahu kapan kau akan datang kesini tapi aku yakin kau akan hadir dan membaca surat ini. Aku memang akan pergi, tapi aku selalu akan melihat mu, dan menjagamu. Hiduplah dengan orang yang akan terus menjagamu, ku do’akan kau bahagia. Bila kau rindu padaku, pandanglah langit, disitu aku akan selalu memandang mu.
                                                                        Junno        

          Air mataku semakin deras dan saat itu aku memandang langit luas, wajah Junno terlihat dianganku. Dan akhirnya aku membuka surat dari botol yang lain, dan itu surat dari Junno.    





28 Desember  1882

        Ay, aku ingin menjadi pemimpin desa ini, dan membangun sekolah militer serta membangun sekolah umum. Dan saat aku dewasa aku ingin hidup bersamamun, karena aku menyayangimu Ay. Aku ingin bersamamu selamanya.
                                                                        Junno
         
          Isi hatiku dengan Junno sama, namun aku tak memberi tahunya, aku sangat menyesal mengapa aku tak datang didetik terakhir bersamanya, dan aku belum menyatakan perasaanku padanya, andai waktu dapat diputar aku akan mengungkapkan semuanya padamu, Junno.
            Suatu hari nanti bila aku bertemu denganmu, aku ingin minta maaf aku tak dapat menjaga  janji yang kita ucapkan, dan kenangan yang pernah kita ukir akan kuceritakan. Bunga yang kita tanam akan terus tumbuh hingga akhir hayatnya dan bila bunga itu mati bukan berarti cinta kita mati. Dunia akan menjadi saksi akan cinta kita yang pernah terjalin. Junno berjanjilah bila kita bertemu ditempat yang indah, kau mau bacakan isi surat yang pernah kau tulis, karena aku ingin mendengarnya langsung   dari mulutmu, Junno. Akan kutepati janjiku, bila kita bertemu lagi, Junno. Dan aku tetap menunggu untuk hari sebelum hari ini  ‘waiting for yesterday’.


0

Waiting For Yesterday- David Archuleta


Waiting For Yesterday lyrics


You and me, all alone, girl
What's going on?
Would you tell me what's wrong?
It's like you're locked up in your own world
Ooh, with nothin' to say

You keep me guessing but I see in your eyes
He made you promises but gave you lies
You're shutting down because you're so sure
That I'll be another mistake

Reef:
I know that he left you in pieces
You know that I won't be that way
I'm not gonna treat you like he did
Ooh, whatever it takes

You think history is repeated
You keep on pushing me away
Oh, but nothing's gonna change
Waiting for yesterday

Is it worth it any longer?
So scared of falling again
Yesterday can make you stronger
So, why do you feel alone?

You know I love better than he ever did
This could be all you ever needed
Hold onto me and just remember
Ooh no, never let go............


I know that he left you in pieces
You know that I won't be that way
I'm not gonna treat you like he did
Ooh, whatever it takes.........

You think history is repeated
You keep on pushing me away
Oh, but nothing's gonna change
Waiting for yesterday

I'm the one for you tonight
I'm the one for you forever
If it takes a little time
(Whatever it takes)

I'm the one for you tonight
I'm the one for you forever
If it takes a little time
(Whatever it takes)

I know that he left you in pieces
You know that I won't be that way
I'm not gonna treat you like he did
Ooh, whatever it takes

You think history is repeated
You keep on pushing me away
Oh, but nothing's gonna change
Waiting for yesterday

I know that he left you in pieces
You know that I won't be that way
I'm not gonna treat you like he did
Ooh, whatever it takes.....

You think history is repeated
You keep on pushing me away
Oh, but nothing's gonna change
Waiting for yesterday.....
                                                                 David Archuleta


Siguiente Anterior Inicio

Memories